BACA JUGA
Contoh Penelitian TIndakan Kelas PAUD : Peningkatan Keterampilan Bicara Anak Usia 3-4 Tahun
Download Kumpulan Contoh Skripsi Penelitian dan Pengembangan (R&D) Jurusan PGSD
Contoh Judul Skripsi Kualitatif PGSD Tahun 2016 (Download Filenya Dengan Sekali KLIK)
Download Contoh PTK SD Lengkap Kelas 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 MUDAH DOWNLOAD 1 x KLIK!!
Download 101 Contoh Skripsi Penelitian Kuantitatif (PDF) PGSD Dengan Sekali KLIK!!!
Download Contoh Skripsi Pendidikan PGSD Lengkap FIle PDF Sekali KLIK
100 Contoh Judul Penelitian Kualitatif PGSD Berkualitas! dan Cara Membuat Judul Penelitian
CONTOH PROPOSAL SKRIPSI KUANTITATIF PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH
AssalamualikumWr.Wb
Selamat datang kembali pada Blog Kang Topik.
Untuk menyelesaikan pendidikan di Jenjang S1, seorang pelajar (mahasiswa) diwajibkan untuk membuat skripsi. Skripsi adalah karya tulis ilmiah hasil dari penelitian atau studi kepustakaan sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan di Strata 1 atau S1.
Untuk menyelesaikan skripsi, langkah-langkah awal yang perlu dilakukan oleh seorang mahasiswa adalah menentukan topik yang akan dia angkat sebagai bahan skripsinya.
Setelah menemukan topik selanjutnya mahasiswa diminta untuk dapat membuat judul penelitian baca: cara membuat judul karya tulis ilmiah dan diajukan kepada dosennya. Judul yang sudah di ACC maka akan dilanjutnkan dengan mengajukan Proposal.
Bagaimana cara membuat proposal? jika anda ingin memahaminya secara lebih rinci, silahkan baca cara lengkap membuat proposal skripsi.
untuk lebih paham silahkan lihat Contoh Proposal Skripsi Pengaruh Model Pembelajaran STAD
Selain itu anda juga dapat melihat contoh:
PENGARUH MODEL
PEMBELAJARANKOOPERATIFSTUDENT TEAMACHIEVEMENT DIVISION (STAD)TERHADAP HASIL BELAJARTEMATIK INTEGRATIFSISWA KELASIVSUB TEMA MACAM-MACAM SUMBER ENERGISD PENDRIKAN LOR 02 KOTA SEMARANG TAHUN
2014/2015
A.
Latar Belakang
Dunia pendidikan
di Indonesia saat ini sedang dalam masa transisi kurikulum dari KTSP 2006
menjadi kurikulum 2013. Hal tersebut membuat sebagian besar guru di tuntut
menguasai kurikulum tersebut. Dengan kemunculan kurikulum tersebut maka di
harapkan akan mewarnai perkembangan dalam dunia pendidikan, dan mendorong guru
untuk berinovasi dalam pembelajaran.Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal
2 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, dalam rangkan
mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif (Kusdaryani, 2009:80).
Pengembangan
kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan kualitas pendidikan
di Indonessia.Menurut UU No. 2 Tahun 1989 kurikulum yaitu seperangkat
rencana dan peraturan, mengenai isi dan bahan pelajaran, serta cara yang
digunakannnya dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar (Poerwati dan
Amri, 2013: 34).Seahingga penting bagi guru untuk memahami dan
menaplikasikan kurikulum yang dibuat dengan tepat.
Kurikulum 2013
merupakan kurikulum terintegrasi (integrated
curriculum). Kurikulum terintegrasi merupakan bentuk kurikulum yang
meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan
bahan-bahan dalam bentuk unit atau keseluruhan (Poerwati dan Amri, 2013: 14).
Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak boleh lagi untuk mengkotak-kotakan
pembelajaran antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran lainnya lainnya.
Penyajian materi pelajaran yang masih terkotak-kotak akan menyulitkan siswa
dalam memahami pelajaran.
Berdasarkan
Permendikbud No. 67 tahun 2013 pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata
pelajaran ke dalam tema tertentu.Tema dalam kurikulum 2013
memegang peran penting dalam proses belajar di kelas. Belajar sendiri dapat
diartikan sebagai suatu proses seseorang dalam memperoleh pengetahuan,
pengertian, keterampilan, sikap atau nilai yang biasanya diikuti oleh perubahan
tingkah laku. Proses belajar di kelas dapat berlangsung dengan optimal jika
proses belajar didesain melalui prosedur yang sistemik dan sitematik.
Desain sistem pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan proses belajar
yang dapat membantu individual untuk mencapai kompetensi secara optimal. Proses
belajar dapat disebut sukses apabila memenuhi kriteria sebagai berikut, yakni
siswa malakukan interaksi dengan sumber belajar seacara intensif, melakukan
latihan untuk penguasaan kompetensi memperoleh umpan balik segera setelah
melakukan proses belajar, emnerapkan kemampuan dalam konteks nyata dan
melakukan interaksi dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan (Benny A,
2009:1).
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa guru harus mampu untuk mendesai progam pembelajarannya.
Hal tersebut dilakukan agar menjadikan proses pembelajaran menjadi efektif,
efisien dan menarik.
Terkait
dengan pengembangan krikulum 2013 peneliti mencoba menengok pembelajaran yang
terdapat pada kelas 4 dengan tema selalu berhemat energi sub tema macam-macam energi
pada pembelajaran satu. Dari hasil observasi di SD Pendrikan Lor 02 Kota
Semarang kelas IV menunjukan bahwa pembelajaran tematik terintegratif yang
dilakukan tidak mampu membuat siswa menguasai kompetensi dari tiga mata
pelajaran yang ditematikan yaitu IPA, Matematika dan Bahasa Indonesai. Terdapat
beberapa materi kompetensis yang tdak diajarkan, guru terlalu terfokus pada
buku siswa dan buku guru sehingga pembelajaran tampak monoton dan siswa jenuh
serta bosan dengan pembelajaran. Akibatnya keterampilan siswa memahami
kompetensi rata-rata Bahasa Indonesia hanya mencapai 60%, IPA 65% sementara
Matematika 50%. Hal tersebut menunjukan
kurang optimal pembelajaran tematik terintegratif yang disampaikan oleh guru.
Kegiatan
pembelajaran yang baik berdasarkan kurikulum 2013 adalah kegiatan pembelajaran yang mampu
mengembangkan tiga aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan dari peserta
didik. Atas dasar hal tersebutlah guru harus mengembangkan kegiatan
pembelajaran yang sistematis dan sistematik berdasarkan model-model
pembelajaran tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipeStudent TeamAchievement Division (STAD).Model pembelajaran menjadi salah satu upaya untuk
menciptakan kondisi kelas yang mampu mengembangkna ranah sikap, pengetahuan dan
keterampilan dari peserta didik.Seperti teori belajar yang dikemukakan oleh
Bloom dalam (Suprijono, 2009: 6-7) dalam proses pembelajaran siswa harus
mencapai tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan pembelajaran yang disusun berdasarkan sintak dari model koperatif
maka pembelajaran akan menjadi menyenangkan dan menantang bagi siswa.
Menurut Salvin (2005: 4) Cooperative Learning atau pembelajaran
kooperatif sebagai salah satu model pembelajaran
yang menyenangkan dan siswa akan lebih
paham. Pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa belajar dengan berkelompok
untuk saling berdiskusi dan bersaing. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa
lebih aktif dalam belajar. Ada banyak jenis dari pembelajaran kooperatif dan
salah satunya adalahStudent
TeamAchievement Division (STAD).Model pembelajaran cooperative
learning tipe STAD merupakan salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan model yang paling baik bagi
para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif (Salvin,2005: 4).
Penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah, penelitian yang sudah dilakukan
oleh Selvia Yeni (2012) dengan judul“Pengaruh Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD)
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV Semester II Pada Mata Pelajaran Ipa SD
Negeri Dukuh 02 Salatiga Kecamatan Sidomukti Tahun Pelajaran 2011/2012.Untuk nilai rata-rata siswa untuk kelas eksperimen yaitu 79 dan nilai rata-rata
kelas kontrol yaitu 69 maka dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) efektif digunakan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari
hasil penelitian terdahulu menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
STAD meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam memahami pembelajaran IPA
di kelas IV SD. Maka peneliti mencoba melakukan penelitian menggunakan model
kooperatf learning tipe STAD. Penelitian ini diharapkan mampu mengoptmalkan
kemampuan peserta didik dalam belajar, mampu mengaktifkan peserta didik dan
mampu mencapai tujuan dalam pembelajaran tematik terintegratif. Dari model
tersebut peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh penerapan model tersebut
terhadap tercapainya seluruh kompetensi mata pelajaran IPA, Matematika dan
Bahasa Indonesia dalam tema hemat energi sub tema macam-macam energi
pembelajaran satu.
baca juga :5+ Cara Download Jurnal Internasional dengan GRATIS di Sciencedirect, Library Genesis, dan SCI-HUB
B.
Identifikasi Masalah
Dari latar belakang
masalah yang telah diuraikan diatas, dan berdasarkan hasil observasi awal di SD
Negeri Pendrikan Lor 02, Identifikasi masalah yang didapat adalah :
1. Guru kurang kreatif dalam mengembangkan dan menggunakan model pembelajaran
pada proses pembelajaran.
2. Siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran, padahal pada kurikulum 2013
menuntut siswa harus aktif.
3. Proses pembelajaran yang membosankan, perhatian siswa tidak bisa fokus
pada guru dan konsentrasi siswa mudah terpecah.
4. Kompetensi
rata-rata yang dicapai bahasa Indonesia hanya mencapai 60%, IPA 65% sementara
Matematika 50%.
C.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah
disebutkan diatas, maka peneliti akan membatasipermasalahan agar penelitian yang dilakukan
lebih spesifik dan fokus.Menurut Soegeng (2008: 32) tidak semua
masalah yang telah diidentifikasi dapat diteliti,melainkan
perlu dipilih yang cocok dengan kemampuan sebagaimana tersebut di atas. Jadi
masalah yang akan dikaji itu hendaknya sesempit dan sesederhana mungkin.Agar penelitian
yang direncanakan dapat tercapai sesuai dengan keinginan dan memperoleh hasil
yang memuaskan. Dengan mempersempit dan menyederhanakan masalah yang ingin
diteliti ini maka secara tidak langsung penelitian yang dilakukan pun terbatas.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini hanya
memfokuskan untukmenggunakan model kooperatif tipe STADuntuk
meningkatkan hasil belajar. Dalam Kurikulum 2013 menekankan pada hasil belajar
berupa aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.Permasalahan yang hendak
dikaji adalahhasil belajaryang meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik dengantema hemat energisubtema macam-macam energi, pembelajaran satu yang ditematikkan matapelajaran
Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPApada siswa kelas IVSDN Pendrikan Lor 02 Kota Semarang Tahun
2014/2015.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka
penulis merumuskan masalah yaitu apakah ada pengaruhmodel
pembelajaranKooperatif Learning tipe Student Team
Achieved Division (STAD)terhadap
hasil belajar tematik integratif siswa kelas IVtema hemat energisubtema
macam-macam energi, pembelajaran satu yang ditematikkan matapelajaran Bahasa
Indonesia, Matematika, dan IPApada siswa kelasIVSDN Pendrikan Lor 02 Kota Semarang Tahun
2014/2015
E. TujuanPenelitian
Berdasarkan
perumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkantujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah : untuk mengetahui pengaruhmodel pembelajaranKooperatif Learning tipe
Student Team-Achieved Division (STAD)terhadap hasil belajar tematik integratif siswa kelas IV tema hemat energisubtema macam-macam energi, pembelajaran satu yang ditematikkan matapelajaran
Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPApada siswa kelasIVSDN Pendrikan Lor 02 Kota Semarang Tahun
2014/2015.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat, baik teoretis maupun praktis.
1. Manfaat Teoretis
Jika dalam penelitian
ini terdapat pengaruh model Kooperatif Learning tipe Student Team Achieved Division
(STAD) terhadap hasil belajar tematik integratif kelas IVtema hemat energisubtema
macam-macam energi, pembelajaran satu yang ditematikkan matapelajaran Bahasa
Indonesia, Matematika, dan IPApada siswa Sekolah Dasar
maka peneltian ini dapat dijadikan landasan teori untuk kegiatan-kegiatan
inovasi pembelajaran, penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu dan menambah wawasan bagi pengkajian inovasi pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
Secara
praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
a.
Bagi Sekolah
Sebagai referensi dalam menerapkan
model-model pembelaajran yang mampu meningkatatkan efektifitas pembelajaran
tematik terintegratifSerta sebagai
masukan untuk meningkatkan keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran
tematik terintegratif.
b.
Bagi Guru
Dapat digunakan oleh guru
sekolah dasar dalam uoaya pengembangan inovasi pembelajaran dan dapat menjadi
pengetahuan baru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
pembelajaran tematik terintegratif.
c.
Bagi Siswa
Memudahkan siswa dalam mengikuti
pembelajaran tematik integratif sebagaimana yang terdapat dalam kurikulum 2013.
Memberikan keuntungan bagi siswa agar dapat bekerja sama dalam menyelesaikan
tugas akademis dan meningkatkan hasil
belajar, motivasi dan minat siswa dalam belajar.
d.
Bagi peneliti
Peneliti memperoleh dan
menambah wawasan serta pengetahuannya tentangmodel pembelajarankooperatif tipe STAD.dan mendapatkan pengetahuan tentang cara
memodifikasi dan mengembangkan model pembelajaran yang sesuai karakter siswa
G.
DefinisiOperasional Variabel
1.
Pengaruh
Pengaruh merupakan daya
yang ada atau timbul dari suatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak kepercayaan
atau perbuatan seseorang (Alya, 2009: 536). Dalam penelitian ini pengaruh yang
dimaksud adalah Pengaruh model pembelajarankooperatif tipe Student Team-Achieved Division (STAD)terhadap hasil belajar tematik
integratif siswa kelas IV sub tema macam-macam energi SDNPendrikan Lor 02 Kota Semarang
2.
Model Pembelajaran Kooperatif Learningtipe STAD
Kerjakelompok merupakan salah satu
strategi untuk meningkatkan minat siswa dalam kegiatan belajar, karena strategi
ini banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar bersama dan bekerja
bersama memecahkan masalah untuk mencapai tujuan. Pembelajaran kooperatif
menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya
sebagai sebuah teman dalam menyelesaikan suatu masalah. Dengan metode
kooperatif juga dapat meningkatkan pengembangan sikap sosial.
Menurut Lie (2004: 12) “pembelajaran
kooperatif adalah suatu sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak
didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang
terstruktur”.Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar dalam suatu
kelompok kecil dan dikehendaki untuk saling memberi penjelasan yang baik,
menjadi pendengar yang baik, mengajukan pertanyaan yang benar.
Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada
pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam
kelompok kecil, dimana menurut Sartono (2003:32), “Siswa diajarkan
keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam
kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman sekelompoknya, menghargai
pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang
lebih lemah, dan sebagainya”.
Model
pembelajarankooperatif tipeSTAD merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif
yang mendorong siswa saling membantu, memotivasi, serta menguasai ketrampilan
yang diberikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari siklus
kegiatan pengajaran biasa yaitu 1) Presentasi kelas, 2) Kegiatan kelompok, 3)
Tes, 4) Perhitungan nilai perkembangan individu, dan 5) Pemberian penghargaan
kelompok (Slavin, 1995:34). STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana.
Menurut Nurhadi
(2004:116), bahwa : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu
model pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi ke dalam beberapa
kelompok atau tim yang masing-masing terdiri atas 4 sampai 5 orang anggota
kelompok yangmemiliki latar belakang
kelompok yang heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik, maupun kemampuan
intelektual (tinggi, rendah, dan sedang). Tiap anggota tim menggunakan lembar
kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui
tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.
3.
Hasil belajar
Menurut Nana Sudjana (2005: 3)“hakikat hasil belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang mencakup
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik”.Selain ituNana Sudjana (1989: 38-40)mengatakan
“hasil belajar yang dicapai
siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu
dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan”.
Menurut Gagne dalam Purwanto(2009 : 42)“hasil belajar adalah
terbentuknya konsep yaitu kategori yang kita berikan pada lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi
untuk mengasimilasi yang menentukan stimulus- stimulus baru dan menentukan hubungan diantara kategori- kategori”.Dalam proses
pembelajaran, hasil belajar merupakan hal yang penting karena dapat menunjukan
ketercapaian tujuan pembelajran yang telah ditentukan. Hasil belajar siswa
dapat diketahui melalui evalusi untuk
menilai dan mengukur apakah siswa telah menguasai ilmu yang telah disampaikan.
4.
Tematik integrative
Kurikulum SD/MI
menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai
kelas VI. Pembelajaran tematik integratif
merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke
dalam berbagai tema.
Pengintegrasian
tersebut dilakukan dalam dua hal,
yaitu integrasi sikap, keterampilan
dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep
dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta
didik tidak belajar konsep dasar secara
parsial. Dengan demikian pembelajarannya
memberikan makna yang utuh kepada
peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. (Kemendikbud,
2013: 137).
H.
Kajian Teori
1.
Kajian Teori
Variabel Terikat
a.
Hasil belajar
Menurut Suharsimi Arikunto (2003: 114-115) hasilbelajar
merupakan“segala upaya yang menyangkut aktivitas otak
(proses berfikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Proses berfikir ini ada enam jenjang, mulai dari yang terendah sampai dengan
jenjang tertinggi”.Keenam jenjang tersebut adalah: (1)
Pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat
kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus- rumus dan lain sebagainya,
tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. (2) Pemahaman (comprehension)
yakni kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui
dan diingat melalui penjelasan dari kata- katanya sendiri. (3) Penerapan (application)
yaitu kesanggupan seseorang untuk menggunakan ide- ide umum, tata cara atau
metode- metode, prinsip- prinsip, rumus- rumus, teori- teori, dan lain
sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret. (4) Analisis (analysis)
yakni kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-
bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian- bagian
tersebut. (5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berfikir memadukan
bagian- bagian atau unsur- unsur secara logis, sehingga menjadi suatu pola yang
baru dan terstruktur. (6) Evaluasi (evaluation) yang merupakan jenjang
berfikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penelitian
disini adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu
situasi, nilai atau ide, atas beberapa pilihan kemudian menentukan pilihan
nilai atau ide yang tepat sesuai kriteria yang ada (Anas Sudijono, 2005: 50-
52).
Senada dengan Suharsimi Arikunto,Bloom dalam rusmono (2012 : 8) mengatakan bahwahasil belajar
dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu; ranah kognitif, psikomotor dan
afektif. Secara eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama
lain.
1.
Ranah
kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah
termasuk dalam ranah kognitif. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan
berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur
yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek
kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang
sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi
yaitu evaluasi.
2.
RanahAfektif adalah ranah yang
berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti
perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap
seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan
kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
3.
Ranah
psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar
kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak
dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotor adalah
berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari,
memukul, dan sebagainya.
Dariuraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku individu yang
meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan perilaku tersebut
diperoleh setelah siswa menyelesaikan program pembelajarannya melali interaksi
dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar.
b.
Tematik integratif
Pembelajarantematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan
mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik
pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004: 6) menyatakan bahwa
pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan,
keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif
dengan menggunakan tema. Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa
pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya
materi kurikulum. Disamping itu pembelajaran tematik akan memberi peluang
pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada partisipasi/keterlibatan siswa
dalam belajar. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek
proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
Dalam menerapkan dan melaksanakan
pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu 1) bersifat
terintegrasi dengan lingkungan, 2) bentuk belajar dirancang agar siswa
menemukan tema, dan 3) efisiensi. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas
berikut ini akan diurakan ketiga prinsip tersebut, berikut ini.
a. Bersifat kontekstual atau terintegrasi
dengan lingkungan.
Pembelajaran yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu format
keterkaitan, maksudnya pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang
dihadapi siswa atau ketika siswa menemukan masalah dan memecahkan masalah yang
nyata dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan topik
yang dibahas.
b. Bentuk belajar harus
dirancang agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh untuk menemukan tema
pembelajaran yang riil sekaligus mengaplikasikannya. Dalam melakukan
pembelajaran tematik siswa didorong untuk mampu menemukan tema-tema yang
benar-benar sesuai dengan kondisi siswa, bahkan dialami siswa.
c. Efisiensi
Pembelajaran tematik memiliki nilai
efisiensi antara lain dalam segi waktu, beban materi, metode, penggunaan sumber
belajar yang otentik sehingga dapat mencapai ketuntasan kompetensi secara
tepat.
2.
Kajian Teori Variabel Bebas
a.
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajarankooperatif adalah suatu
sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama
dengan sesama siswa dalam tugastugas yang terstruktur (Lie, 2004:12). Dalam
pembelajaran kooperatif siswa belajar yang terstruktur (Lie, 2004:12). Dalam
pembelajaran kooperatif siswa belajar dalam suatu kelompok kecil dan
dikehendaki untuk saling memberi penjelasan yang baik, menjadi pendengar yang
baik, mengajukan pertanyaan yang benar.
Salah satu faktor
penunjang dalam usaha peningkatan prestasi belajar adalah penggunaan metode
dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu menerapkan penggunaan metode
dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu menerapkan metode yang tepat
agar diperoleh hasil belajar yang maksimal. Menurut Nurhadi metode yang tepat
agar diperoleh hasil belajar yang maksimal. Menurut Nurhadi (2004:103) bahwa :
Ada berbagai
model pembelajaran yang memenuhi keriteria dalam mendukung pelaksanaan kurikulum
2004, antara lain adalah pendekatan kontekstual, pengajaran berbasis masalah,
pengajaran kooperatif, pengajaran berbasis inkuiri, pengajaran berbasis proyek,
pengajaran berbasis kerja, PAKEM, Quantum Teaching & Quantum Learning,
CBSA, serta pengajaran berbasis melayani.
Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada
pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam
kelompok kecil, dimana menurut Sartono (2003:32), “Siswa diajarkan keterampilan-keterampilan
khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti
menjelaskan kepada teman sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi
dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya”.
Pada dasarnya
semua pendekatan dan strategi belajar yang memberdayakan siswa merupakan suatu
pendekatan dan strategi yang dianjurkan diterapkan dalam kurikulum 2004. tidak
ada strategi dan pendekatan khusus yang dianjurkan, kecuali guru tidak
menggunakan metode konvensional sebagai satu-satunya pilihan dalam metode
pembelajaran. Menurut Nurhadi (2004:112) bahwa :
Dalam pendekatan
konstruktif, atas dasar teori bahwa pengajaran menerapkan pembelajaran
kooperatif secara ekstensif dengan harapan siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan
konsep-konsep tersebut dengan temannya. Dalam pembelajaran kooperatif siswa
dilatih untuk mengembangkan interaksi yang saling asah, asih, dan kooperatif
siswa dilatih untuk mengembangkan interaksi yang saling asah, asih, dan Menurut
Ibrahim (2004:6) pembelajaran yang menggunakan metode kooperatif dapat memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Siswa
bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2) Kelompok
dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3) Bilamana
mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda
4) Penghargaan
lebih berorientasi kelompok ketimbang individu
Dari beberapa
pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah suatu kumpulan strategi pembelajarn dimana siswa bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil agar lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep
yang sulit melalui diskusi.
b.
Unsur-unsur Metode Pembelajaran Kooperatif
Dalam
pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen atau unsur-unsur yang saling
terkait. Unsur-unsur tersebut, menurut Nurhadi (2004:12) adalah saling untuk
menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja
diajarkan. Sedangkan unsur-unsur metode pembelajaran kooperatif menurut Roger
dan David Johnson dalam Lie (2004:31) yaitu meliputi saling ketergantungan
positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan
evaluasi proses kelompok. Kelima unsur tersebut akan dijabarkan sebagai berikut
:
1)
Saling ketergantungan yang positif
Untuk menciptakan kelompok
kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga tiap
anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa
mencapai tujuan mereka. Keberhasilan kelompok tergantung dari usaha setiap
anggota. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi kepada kelompok. Hal ini
disebabkan pola penilaian yang unik, yaitu nilai kelompok dibentuk dari poin yang
disumbangkan oleh tiap anggota.
2)
Tanggung jawab perseorangan
Nilai kelompok
dibentuk dari poin yang disumbangkan oleh tiap anggota.Dalamtanggung jawab
perseorangan siswa akan merasa bertanggung jawab terhadap tugasnya
masing-masing. Hal ini akibat dari pola penilaian cooperative learning.
Pembagian tugas yang jelas akan mengatasi sikap kurang bertanggung jawab siswa,
kerana dapat diketahui dengan mudah siswa tesebut dapat melaksanakan tugasnya
atau tidak. Sehingga rekan-rekannya akan menuntutnya untuk melaksankan tugas
agar tidak menghambat yang lainnya.
3)
Tatap muka
Interaksi antar anggota aan
menciptakan sinergi yang menguntungkan kepada semua anggota. Inti sinergi
adalah mnghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan
masing-masing anggota.
4)
Komunikasi antar anggota
Setiap siswa perlu dibekali
ketrampilan berkomunikasi yang efektif seperti bagaimana menyanggah pendapat
orang lain tanpa menyinggung perasaannya. Ketrampilan ini memerlukan proses
panjang, namun siswa perlu menempuh proses ini untuk memperkaya pengalaman
belajar dan membina perkembangan mental dan emosional siswa.
5)
Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu mengevaluasi
proses kerja kelompok agar selanjutnya siswa bisa bekerjasama dengan aktif.
c.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD
Metode pembelajaran STAD merupakan salah satu bentuk
pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa saling membantu, memotivasi, serta
menguasai ketrampilan yang diberikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif tipe
STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran biasa yaitu 1) Presentasi kelas,
2) Kegiatan kelompok, 3) Tes, 4) Perhitungan nilai perkembangan individu, dan
5) Pemberian penghargaan kelompok (Slavin, 1995:34). STAD merupakan metode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Menurut Nurhadi (2004:116), bahwa : Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa di dalam
kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok atau tim yang masing-masing terdiri
atas 4 sampai 5 orang anggota kelompok yangmemiliki latar
belakang kelompok yang heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik, maupun
kemampuan intelektual (tinggi, rendah, dan sedang). Tiap anggota tim menggunakan
lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar
melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.
Sedangkan menurut Rahayu (2003:13) bahwa “STAD adalah
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan sebuah model
yang bagus untuk memulai bagi seorang guru yang baru untuk mendekatkan
pendekatan kooperatif”. Jadi, inti dari tipe STAD ini adalah bahwa guru
menyampaikan materi, kemudian siswa bergabung dalam kelompoknya yang terdiri
atas 4 sampai 5 orang untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru.
Beberapa komponen dalam pembelajaran kooperatif STAD adalah
sebagai berikut:
1)
Presentasi kelas
Sebelum
menyajikan materi, guru menekankan arti penting tugas kelompok dan untuk
memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan dipelajari.Materi
pelajaran yang disajikan sesuai dengan yang akan dipelajari siswa dalam
kelompok. Selama kegiatan ini, siswa diberi pertanyaan-pertanyaan dan guru
memberi umpan balik terhadap jawaban-jawaban siswa.
Penyajian materi
dilakukan dengan menggunakan media, dengan metode ceramah dan diskusi serta
tanya jawab. Siswa harus benar-benar memperhatikan materi yang disajikan,
karena akan membantu siswa dalam mengerjakan tes/kuis. Nilai tes/kuis setiap
siswa akan menentukan nilai kelompok.
2)
Tahap kegiatan kelompok
Selama kegiatan
kelompok, guru bertindak sebagai fasilitator dan memonitor setiap kegiatan
kelompok. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) diberikan kepada setiap kelompok untuk
dipelajari, bukan sekedar diisi dan diserahkan kembali. Siswa mengerjakan tugas
secara mandiri atau berpasangan, kemudian saling mencocokan jawaban dan saling
memeriksa ketepatan jawaban dengan teman sekelompok. Jika ada anggota yang
kurang memahami maka teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskan
sebelum meminta bantuan kepada guru. Dalam metode pembelajaran ini siswa
belajar secara kelompok yang akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep
ekonomi yang sulit, disamping itu belajar kelompok juga berguna untuk
menumbuhkan kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, dan dapat membantu teman
yang kurang memahami materi. Dalam Suparno (1996) Pieget juga mengemukakan
bahwa lingkungan sosial juga berpengaruh terhadap perkembangan pemikiran
seseorang. Dalam perkembangan kognitif yang lebih rendah, pengaruh lingkungan
sosial menjadi lebih berperan dengan teman dan berdiskusi bersama berpengaruh
terhadap perkembangan pemikiran anak. Pieget juga mengemukakan bahwa seluruh
siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun berbeda-beda kecepatannya.
Oleh karena itu, guru mengatur kegiatan kelas dalam kelompok kelompok kecil.
3)
Tahap hasil tes belajar
Setiap akhir
pembelajaran suatu pokok bahasan dilakukan tes secara mandiri untuk mengetahui
tingkat pemahaman dan kemajuan belajar individu. Setiap siswa tidak diijinkan
untuk saling membantu satu sama lain selama mengerjakan tes. Setiap siswa
bertanggung jawab secara individual untuk mengerjakan materi tes.
4)
Tahap perhitungan nilai perkembangan individu
Nilai
perkembangan individu bertujuan untuk memberi kesempatan setiap kelompok untuk
meraih prestasi maksimal dan melakukan yang terbaik bagi dirinya berdasarkan
prestasi sebelumnya (nilai awal). Setiap siswa diberi nilai awal berdasarkan
nilai rata-rata siswa secara individual pada tes yang telah lalu atau nilai
akhir siswa secara individual dari semester sebelumnya.
5)
Tahap penghargaan kelompok
Setelah melakukan
tes dan perhitungan nilai perkembangan individu dilakukan perhitungan dengan
cara menjumlahkan nilai individu setiap anggota kelompok dibagi dengan jumlah
anggota. Langkah-langkah bagaimana mengantar siswa dalam STAD:
d.
Kelemahan dan kelebihan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD
Setiapmetode pembelajaran tidak ada yang
sempurna, karena masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihannya tersendiri.
Oleh karena itu peran pendidik penting dalam menyesuaikan metode mana yang
sesuai untuk di terapkan dalam menyampaikan materi tertentu.Menurut Slavin
dalam Hartati (1997:21) cooperative learning mempunyai kelebihan dan kekurangan
sebagai berikut:
1)
Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang
dibuat guru maupun tes baku.
2)
Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih
terkontrol untuk keberhasilan akademisnya.
3)
Strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang berkesan
pada hubungan interpersonal diantara anggota kelompok yang berbeda etnis.
Sedangkan
keuntungan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Soewarso (1998:22)
sebagai berikut :
1)
Metode pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi
materi pelajaran yang sedang dibahas.
2)
Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan
siswa mendapat nilai rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh anggota
kelompoknya.
3)
Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar
berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang
bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.
4)
Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa
yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman
sebaya.
5)
Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan
dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
6)
Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuan.
7)
Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk
memonitor.
Menurut Slavin
dalam Hartati (1997 : 21) cooperative learning mempunyai kekurangan sebagai
berikut:
1)
Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu
menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika
kelompok akan tampak macet.
2)
Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari
empat, misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan
kurang aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima maka
kemungkinan ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya membonceng dalam
penyelesaian tugas.
3)
Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik
yang timbul secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif.
Selain di atas,
kelemahan-kelemahan lain yang mungkin terjadi menurut Soewarso (1998:23) adalah
bahwa pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk
memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil, adanya suatu
ketergantungan, menyebabkan siswa yang lambat berfikir tidak dapat berlatih
belajar mandiri. Dan juga penbelajaran koopertaif memerlukan waktu yang lama
sehingga target mencapai kurikulum tidak dapat dipenuhi, tidak dapat menerapkan
materi pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap individu dan kelompok
dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.
Kesimpulan yang
dapat diambil dari uraian di atas bahwa untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
dalam pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, sebaiknya dalam
satu anggota kelompok ditugaskan untuk membaca bagian yang berlainan, sehingga
mereka dapat berkumpul dan bertukar informasi.
Selanjutnya,
pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian materi. Dengan cara inilah
maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar
berhasil mencapai tujuan dengan baik
3.
Hipotesis penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitiannya adalah Pengaruh model pembelajaran tipeKooperative Learning tipe Student
Team-Achieved Division (STAD)terhadap hasil belajar tematik integratif siswa kelas IV tema hemat energisubtema macam-macam energi, pembelajaran satu yang ditematikkan matapelajaran
Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPApada siswa kelasIVSDN Pendrikan Lor 02 Kota Semarang Tahun
2014/2015.
Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut:
Ha : Ada PengaruhPengaruhmodel pembelajaranKooperative Learning
tipe Student Team-Achieved Division (STAD)terhadap hasil belajar tematik integratif siswa kelas IV tema hemat energisubtema macam-macam energi, pembelajaran satu yang ditematikkan matapelajaran
Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPApada siswa kelasIVSDN Pendrikan Lor 02 Kota Semarang Tahun
2014/2015.
Ho : Tidak ada pengaruh model
pembelajaranKooperative Learning tipe Student
Team-Achieved Division (STAD)terhadap hasil belajar tematik integratif siswa kelas IV tema hemat energisubtema macam-macam energi, pembelajaran satu yang ditematikkan matapelajaran
Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPApada siswa kelasIVSDN Pendrikan Lor 02 Kota Semarang Tahun
2014/2015.
Apabila thitung < ttabel
maka Ho ditolak. Sebaliknya apabila thitung >ttabel
maka Ho diterima, dengan taraf signifikan 0,05.
I.
Metodologi Penelitian
1.
Lokasi dan
Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan diSDN Pendrikan Lor 02 Kota Semarang.
Untuk kelas IV terdapat kelas A dan B. Karena kurang 1 kelas untuk uji coba
instrumen maka peneliti memilihSDN Bugangan
03 Kota Semaranguntuk melakukan uji
coba instrumen soal di kelas IV. Penelitian ini akan dilakukan pada semester
gasal tahun ajaran 2014/2015 dan dilaksanakan sekitar bulan awal Agustus 2014
sampai akhir Agustus 2014.
2.
Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010: 60)
mengatakan bahwa “variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.
Variabel dalam penelitian ini terdapat dua variabel yakni satu variabel bebas
yang diberi simbol X dan satu variabel terikat diberi simbol Y.
Variabel bebas adalah merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat) sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menajdi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,
2010: 61).
a. Variabel bebas
Variabel
bebas dalam penelitian ini yaitu modelpembelajaraan kooperatif tipe
Student team Achieved-Division.
b.
Variabel
terikat
Variable
terikatnya dalam penelitian ini adalah hasil belajar tematik integratif siswa
kelas IV tema selalu berhemat energi SDN
Daleman 02 Kabupaten Demak
3.
Metode
dan Desain Penelitian
Metodeyang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen.
Menurut Sugiyono (2010: 14) penelitian eksperimen merupakan metode penelitian
yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu.
Penelitan ini menggunakan desain penelitian
menggunakan True Experimental Design dengan
bentuk Posttest – only Control Design.
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing – masing dipilih secara
random (R). Kelompok pertama yang diberi
perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi
perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan
disebut kelompok kontrol.
1.
|