Model Pembelajaran
Berbagai cara telah dilakukan guru agar dapat
membuat siswa tertarik mengikuti pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan
model pembelajaran. Menurut Rusman (2014:144) model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, membimbing
pembelajaran di kelas atau yang lain. Menurut Dahlan (dalam Sutikno 2014:57) model
pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun
kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran ataupun setting
lainnya.
Menurut Joyce dan Weil (dalam Trianto 2007:1) “Models of teaching are really models of learning. As we help
student acquire information, ideas, skill, value, ways of thinking and means of
expressing themselves, we are also teaching them how to learn.” Hal ini
berarti bahwa model pembelajaran
merupakan model pembelajaran dengan
model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau memperoleh
informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri
sendiri. Selain itu mereka juga mengajarkan bagaimana mereka belajar.
Dari beberapa pendapat ahli, dapat didefinisikan
sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam
pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif muncul karena adanya
perkembangan dalam sistem pembelajaran yang ada. Pembelajaran kooperatif
menggantikan sistem pembelajaran yang individual. Pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran yang menonjolkan kerjasama siswa dalam kelompok agar
saling membantu dalam memahami materi pelajaran. Kerja sama tersebut dapat
dibangun dengan berbagai kegiatan belajar misalnya dengan saling membantu
memecahkan persoalan, diskusi membahas suatu permasalahan, mencari sumber
belajar untuk saling disajikan, dan lain sebagainya. Menurut Slavin (2015:4)
pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana
para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pelajaran.
Pembelajaran kooperatif mengingatkan bahwa manusia
merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan orang lain.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menekankan pada aspek sosial
individu dalam berinteraksi. Inti dari pembelajaran kooperatif adalah
bekerjasama untuk saling mendukung dalam keberhasilan bagi semua anggota
kelompok.
Menurut Chaplin (dalam Suprijono 2013:56) “a collection of individuals who have some charactericticin commonor who
are pursuing a common goal. Two or more persons who interact in any way
constitute a group. It is not necessary, however, for the members of a group to
interact directly or in face to face manner”. Maksud dari pendapat Chaplin
tersebut dapat ditafsirkan bahwa kelompok
dapat terdiri dari 2 orang anggota atau lebih. Anggota kelompok tidak harus
selamanya bertatapan secara langsung dalam berinteraksi. Menurut Sani
(2014:187-188) “beberapa model pembelajaran kooperatif yang umum dikenal
adalah: pembelajaran kooperatif tipe cooperative
script, pembelajaran kooperatif think
pair share, pembelajaran investigasi bekelompok, pembelajaran TAI, pembelajaran two stay-two stray.”
Dari penjelaskan tersebut, dapat disimpulkan
pembelajaran kooperatif atau cooperative
learning adalah pembelajaran yang berpusat pada kerjasama siswa dalam
kelompok yang beranggotakan 2 siswa atau lebih untuk saling berinterkasi dan
saling mempengaruhi agar dapat mencapai keberhasilan dalam memahami materi
pelajaran.
Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)
![]() |
Model Pembelajaran Team Assisted Individualization |
a. Pengertian
Model Pembelajaran TAI
Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa
model, salah satunya adalah TAI. Menurut Slavin (2015:187) TAI adalah sebuah
program pedagogik yang berusaha mengadaptasikan pembelajaran dengan perbedaan
individual siswa secara akademik. Menurut Isjoni (2014:20) pembelajaran TAI
yang memiliki beberapa ciri yaitu setiap anggota memiliki peran, terjadi
hubungan interaksi langsung di antara siswa, setiap anggota kelompok bertanggungjawab
atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, guru membantu mengembangkan
keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan guru hanya berinteraksi
dengan kelompok saat diperlukan.
Menurut Wisudawati (2014:68-69) dasar pemikiran TAI
adalah untuk mengadaptasi pembelajaran terhadap perbedaan individual berkaitan
dengan kemampuan peserta didik maupun pencapaian prestasi peserta didik. Hal
ini relevan dengan tujuan model TAI untuk meminimalisasi pengajaran individual
yang terbukti kurang efektif, selain juga ditujukan untuk meningkatkan
pengetahuan, kemampuan, serta memotivasi siswa dengan belajar kelompok (Huda
2013:200).
Jadi, model TAI merupakan model pembelajaran yang
menggabungkan antara pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual.
Siswa dengan kemampuan individualnya masing-masing bekerja sama dalam kelompok
kecil dengan kemampuan yang berbeda dan diikuti pemberian bantuan secara
individu bagi siswa yang memerlukan.
b. Langkah-langkah
Model Pembelajaran TAI
![]() |
Langkah-langkah Model Pembelajaran Team Assisted Individualization |
Dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model
TAI diperlukan langkah-langkahnya, sebagai berikut (Shoimin 2014:200-202).
- Placement Test. Pada langkah ini guru memberikan tes awal (pre-test) kepada siswa. Cara ini bisa digantikan dengan mencermati rata-rata harian atau nilai pada bab sebelumnya yang diperoleh siswa sehingga guru dapat mengetahui kekurangan siswa pada bidang tertentu.
- Teams. Langkah ini cukup penting dalam penerapan model pembelajaran kooperatif TAI. Pada tahap ini guru membentuk kelompok-kelompok yang bersifat heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa.
- Teaching Group. Guru memberikan materi secara singkat menjelang pemberian tugas kelompok.
- Student Creative. Pada langkah ketiga, guru perlu menekankan dan menciptakan persepsi bahwa keberhasilan setiap siswa (individu) ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya.
- Team Study. Pada tahapan team study, siswa belajar bersama dengan mengerjakan tugas-tugas dari LKS yang diberikan dalam kelompoknya. Pada tahapan ini guru juga memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan, dengan dibantu siswa-siswa yang memiliki kemampuan akademis bagus di dalam kelompok tersebut yang berperan sebagai peer tutoring (tutor sebaya).
- Fact Test. Guru memberikan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa, misalnya dengan memberikan kuis dan sebagainya.
- Team Score and Team Recognition. Selanjutnya, guru memberikan skor pada hasil kerja kelompok dan memberikan “gelar” penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. Misalnya dengan menyebut mereka sebagai “kelompok OK”, “kelompok LUAR BIASA” dan sebagainya.
- Whole-Class Units. Langkah terakhir, guru menyajikan kembali materi di akhir bab dengan strategi pemecahan masalah untuk seluruh siswa di kelasnya.
c. Kelebihan
dan Kekurangan Model Pembelajaran TAI
Dalam model pembelajaran terdapat kelebihan dan
kekurangannya. Menurut Shoimin (2014:200) Kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran TAI sebagai berikut.
Kelebihan
Model Pembelajaran TAI
- Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya.
- Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya.
- Adanya tanggung jawab kelompok dalam menyelesaikan permasalahannya.
- Siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam suatu kelompok.
- Mengurangi kecemasan (reduction of anxiety).
- Menghilangkan perasaan “terisolasi” dan panik.
- Menggantikan bentuk persaingan (competition) dengan saling kerja sama (cooperation).
- Melibatkan siswa untuk aktif dalam proses belajar.
- Mereka dapat berdiskusi (discuss), berdebat (debate), atau menyampaikan gagagsan, konsep, dan keahlian sampai benar-benar memahaminya.
- Mereka memiliki rasa peduli (care), rasa tanggung jawab (take responsibility) terhadap teman lain dalam proses belajarnya.
- Mereka dapat belajar menghargai (learn to appreciate), perbedaan etnik (etchnicity), perbedaan tingkat kemampuan (performance level), dan cacat fisik (disability).
Kekurangan
Model Pembelajaran TAI
- Tidak ada persaingan antar kelompok.
- Siswa yang lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai.
- Terhambatnya cara berpikir siswa yang mempunyai kemampuan lebih terhadap siswa yang kurang.
- Memerlukan periode lama.
- Sesuatu yang harus dipelajarai dan dipahami belum seluruhnya dicapai siswa.
- Bila kerja sama tidak dapat dilaksanakan dengan baik, yang akan bekerja hanyalah beberapa murid yang pintar dan yang aktif saja.
- Siswa yang pintar akan merasa keberatan karena nilai yang diperoleh ditentukan oleh prestasi atau pencapaian kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Isjoni.
2014. Pembelajaran Kooperatif
Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar
Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rusman. 2014. Model-model
Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sani,
Ridwan Abdullah. 2014. Inovasi
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Shoimin,
Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran
Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Slavin,
Robert E. 2015. COOPERATIVE LEARNING
Teori Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Suprijono,
Agus. 2013. Cooperative Learning.
Surabaya: Pustaka Belajar.
Sutikno,
Sobry. 2014. Metode dan Model-model Pembelajaran. Lombok: Holistica.
Trianto.
2014. Model Pembelajaran Terpadu.
Jakarta: Bumi Aksara.
EmoticonEmoticon