A.
Wawancara Riset
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode
pengmbilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden,
caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Kegiatan wawancara
dilakukan dengan tujuan untuk menghimpun data yang diinginkan dari
narasumber yang sesuai dengan tujuan dalam
wawancara. Sementara wawancara riset menurut Soegeng Ysh (2006) wawancara riset
(the reasearch interview) atau
penelitian dengan wawancara sesungguhnya tidak disebut sebagai metode
penelitian melainkan lebih merupakan sarana (alat, instrumen) pengumpulan data.
Wawancara merupakan salah satu instrumen strategis
yang dapat digunakan oleh seorang peneliti untuk dapat memperoleh data dari
seseorang responden. Oleh sebab itu wawancara sangat penting dan untuk memahami
wawancara riset lebih mendalam.
1.
Reabilitas meningkat dengan objektivitas
Reabilitas meningkat dengan objektivitas dapat
diartikan bahwa kepercayaan hasil wawancara akan meningkat jika wawancara
dilaksanakan berlandasakan pada prinsip
objektivitas. Menurut Soegeng Ysh (2006) wawancara dapat dilaksanakan dengan
tigas cara yaitu: tidak terstruktur, setengah terstruktur, dan terstruktur.
a.
Wawancara tidak
terstruktur
Digambarkan oleh Carl Rogers sebagai teknik
konseling (bimbingan) yang tebrpusat pada klien, artinya memberi responden
kebebasan yang luas untuk menyatakan sendiri dengan caranya, dan waktunya
sendiri. Pada wawancara tidak terstruktur
hal-hal yang akan ditanyakan belum ditetapkan secara rinci. Rincian
topik pertanyaan disesuaikan dengan kondisi dilapangan. Pewancara menetapkan
tujuan umum atau khusus yang dirasa yang dapat ditemukan tanpa membuat kesan
pada responden. Wawancara tidak terstruktur ini dapat dikatakan merupakan
struktur wawancara yang paling rawan dikritik dibandingkan kedua struktur
wawancara lainnya.
b.
Wawancara
setengah terstruktur
Wawancara setengah terstruktur dapat digambarkan
sebagai cara wawancara dengan mengembangkan inti pertanyaan terstruktur,
menjadi lebih luas, dan mendalam.
c.
Wawancara
terstruktur
Wawancara ini menuntut pewawancara mengikuti
struktur yang telah ditetepkan berupa format pertanyaan objektif.
Pertanyaan-pertanyaan ini lebih berorientasi pada fakta, ditujukan pada informasi
khusus, dan relatif singkat.
2.
Merencanakan suatu studi wawancara
Dalam merencanakan studi wawancara dapat ditempuh
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Menetapkan
maksut dari studi, hal tersebut mencakup: latar belakang, landasan teoretikal,
tujuan umum, kemungkinan pemanfaatan hasil, dan alasan menggunakan metode
wawancara.
b.
Menjabarkan
tujuan umum ke dalam tujuan khusus dan terperinci.
c.
Mengembangkan
suatu panduan sementara untuk mengembangkan wawancara.
d.
Mengembangkan
metode yang memuaskan guna membuat kode atau merekam jawaban (tanggapan).
3.
Menyusun pertanyaan untuk wawancara
Dalam menyusun pertanyaan wawancara, terdapat
hal-hal yang perlu diperhatikan, diantaranya yaitu:
a.
Pertanyaan harus
disusun dalam bahasa yang menjamin komunikasi yang lebih efektif antara
pewawancara dan responden.
b.
Pastikan bahwa
setiap pertanyaan dapat menyenangkan bagi responden.
c.
Pastikan popuasi
dari mana responden dipilih benar-benar memiliki informasi yang dibutuhkan
pewawancara dan bahwa pertanyaan tersebut menghasilkan informasi yang dapat
dilacak kembali.
d.
Hindarkan pada
pertanyaan yang menggiring jawaban menuju jawa ban yang di senangi atau
diharapkan.
e.
Beri jaminan
bahwa kerangka berfikir dari setiap pertanyaan adalah jelas sehingga setiap
responden menangkap pertanyaan tersebut seperti yang dimaksud.
f.
Ujicobakan
butir-butir wawancara tersebut untuk mengurangi kelemahan dan siapkan
butir-butir pengganti.
4.
Panduan wawancara
a.
Menggunakan cara
langsung dalam wawancara, Dengan pendekatan wawancara langsung akan lebih
efisien dan efektif. Sementara teknik tidak langsung akan bermanfaat jika
terjadinya kecemasan yang dapat menyembunyikan jawaban yang sebenarnya.
b.
Teknik wawancara
utamanya cocok bagi anak-anak.
c.
Kelamahan utama
dari teknik wawancara adalah membutuhkan waktu yang lama dan mahal.
d.
Tiga maksud dari
wawancara dalah sebagai berikut:
1)
Sebagai sarana
eksplorasi untuk mengidentifikasi variabel dan hubungan, untuk mebyarankan
hipotesis, dan untuk memandu fase riset
yang lain.
2)
Sebagai
instrumen utama dalam riset.
3)
Sebagai
pelengkap metode lain.
e.
Manfaat
wawancara tergantung pada pertimbangan berikut.
1)
Apakah data
riset dapat diperoleh dengan cara lebih mudah atau lebih baik?
2)
Untuk menjamin
reabilitas wawancara pewawancara harus dilatih dan pertanyaan-pertanyaan harus
diujicobakan dan ditinjau kembali untuk menhilangkan makna ganda.
3)
Untuk menjamin
validitas, hal yang paling penting menghilangkan bias wawancara.
f.
Pertanyaan
terstruktur lebih efisien jika melibatkan informasi-informasi faktual,
sementara pertanyaan tidak terstruktur lebih berhasil jika
pertanyaan-pertanyaan sangat kompleks dan sulit dipahami.
g.
Tiga bentuk
butir pertanyaan
1)
Buturi
pertanyaan pasti (tertutup). Misal penarikan pendapat (apakah anda, apakah anda
tidak…….). Keuntungan lebih banyak keseragaman dan reabilitas, namun
kelemahan dangkal, palsu dan dibut-buat.
2)
Butir-butir
pertanyaan terbuka. Keuntungan memungkinkan keluesan, kedalaman, kejelasan dan
ketelitian. Sementara kelemahannya lebih makan waktu, menuntut keterampilan
lebih dari pewawancara.
3)
Butir-butir
skala (responden menunjukan jawabannya sebagai suatu posisi dalam sepanjang
beberapa skala). Kunutungan objektivitas, keseragaman, reabilitas lebih mudah
memberi kode jawaban dan memanipulasi data. Kelemahan masih cendrung pada
kepalsuan.
h.
Kriteria
penulisan pertanyaan
1)
Apakah
pertanyaan terkait dengan masalah dan tujuan penelitian.
2)
Apakah bentuk
pertanyaan merupakan bentuk benar dan cocok?
3)
Apakah butir
tersebut jelas dan tidak bermakna ganda?
4)
Apakah
pertanyaan tersebut mengarahkan dengan cara tertentu?
5)
Apakah pertanyaan
tersebut menuntut pengetahuan dan informasi yang tidak dimiliki oleh responden?
6)
Apakah
pertanyaan tersebut menuntut informasi personal dan sensitif.
7)
Apakah
pertanyaan tersebut mengandung muatan keinginan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Soegeng, Ysh.,
A.Y. 2006. Dasar-Dasar Penelitian. Semarang: IKIP PGRI Press
Prabowo, H.
1996. Psikologi Rumah Tinggal: Beberapa Konsep dan Implikasi Dalam Desain. Jakarta: Fakultas Psikologi Gunadarma